RGI untuk Generasi Produktif Indonesia
Selalu ada yang menarik ketika tahapan seleksi peserta diklat Rumah Gemilang Indonesia (RGI) digelar. Ratusan pemuda usia produktif dari berbagai daerah di Indonesia berbondong-bondong datang ke kampus RGI dengan penuh semangat dan keinginan kuat untuk mendapat kesempatan belajar di RGI. Saat ini, satu angkatan diklat jumlah pesertanya 75 orang dengan 4 kelas keterampilan, yaitu teknik komputer, desain grafis, fotografi dan videografi, menjahit dan tata busana. Jumlah peserta disesuaikan dengan ketersediaan ruangan, peralatan dan sarana diklat yang lain.
Awal Juni 2012, RGI menggelar seleksi peserta diklat program reguler angkatan ke-7. Hampir ada 300 orang yang datang langsung ke RGI atau dengan via email untuk mendaftar menjadi peserta diklat. Mereka datang dari Florest-NTT, Medan, Kediri, Makasar, Magelang, Garut, Sukabumi, Tegal, Jabodetabek, dll.
Kompetitif dan selektif. Tugas berat tim seleksi adalah memastikan dengan benar bahwa peserta yang lolos seleksi ialah mereka yang termasuk ashnaf zakat, mampu baca tulis berhitung, memiliki kemauan dan komitmen kuat untuk merubah diri menjadi lebih baik. Tahap seleksi meliputi pretest, interview dan survey.
RGI harus menseleksi peserta sesuai kualifikasi. Tidak sedikit yang datang dengan bermodalkan semangat tinggi namun belum memenuhi kualifikasi. Misal, belum cukup umur, masih buta huruf dan hitung, menderita penyakit akut yang mengganggu bahkan tidak memungkinkan untuk mengikuti proses belajar. Ada pula mereka yang masih gamang untuk memilih antara ikut diklat RGI atau bekerja menjadi kuli bangunan dengan gaji rendah untuk sekedar membiayai sekolah adiknya dan menambah uang belanja ibunya yang sudah menjanda. Bahkan, ada yang datang dari keluraga mampu (kaya) tapi sangat ingin mengikuti diklat sebab ingin bisa ngaji, sholat dan membenahi mental dan akhlaq.
Dalam posisi seperti itu, RGI selalu santun menyampaikan kepada mereka yang belum memenuhi persyaratan untuk tidak lantas berkecil hati dan pesimis, karena masih ada kesempatan mengikuti diklat angkatan berikutnya.
Hari Priyo Utomo (19 th) misalnya, pemuda asal Cipayung Depok ini saking semangatnya harus menahan sakit tumor di pipi yang dideritanya sejak umur 4 tahun untuk mengikuti test seleksi. Akibat penyakit yang dideritanya ini, ia mengalami gangguan pendengaran. Tim seleksi akhirnya memutuskan untuk lebih dahulu membantu mengobati penyakit yang diderita Priyo, karena jika kondisi itu dipaksakan sangat menyulitkan ia dalam menerima materi diklat.
Lain halnya Priyo, keinginan yang kuat Muhammad Faruq Al Mujaddid asal Flores untuk mengikuti seleksi di RGI ditunjukkannya dengan berlayar bersama orang tuanya memakai perahu nelayan selama 1 bulan dengan berlabuh dari Larantuka Flores Timur – Reo Flores Barat – Badas Sumbawa – Paciran Lamongan – Indramayu – Muara Baru Jakarta. Arifuddin, orang tua Faruq menuturkan, keinginan putranya untuk belajar dan menguasai ilmu komputer sangat tinggi, sedangkan akses dan fasilitas di Flores kurang mendukung. “Saya yakin RGI lah tempat yang tepat mewadahi keinginan dan bakat Furqan”, harap Arifuddin.
Bagi peserta lulus seleksi yang berasal dari daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi, NTT, RGI menyiapkan asrama dan kebutuhan hidup selama masa proses diklat. Selain asal daerah yang beragam, jenjang background pendidikan, problem keluarga, dan permasalahan lingkungan yang dialami peserta diklat juga sangat heterogen. Hal ini menjadi tantangan bagi RGI sebagai penyelenggara program untuk cerdas menjalankan diklat sesuai output yang ditargetkan.
Ya.. Jika diberikan kesempatan, generasi muda usia produktif dari keluarga kurang mampu, berlatar belakang pendidikan rendah, dan miskin akses informasi dan teknologi siapapun mereka, insya Allah akan mampu berkarya dan bersaing dengan generasi muda lain yang lebih beruntung dan berkecukupan. (an-rgi)
No Comments